Nasihat Untuk Bersegera Dalam Taubat Nasuha
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Nasihat Untuk Bersegera Dalam Taubat Nasuha merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Nasihat-Nasihat Para Sahabat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 30 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 27 November 2019 M.
Kajian Tentang Nasihat Untuk Bersegera Dalam Taubat Nasuha
Ketahuilah saudaraku sekalian bahwa bertaubat itu hukumnya wajib atas setiap manusia. Wajib segera dan tidak boleh ditunda-tunda. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّـهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha.” (QS. Asy-Syarh[94]: 8)
Taubat itu menggugurkan dosa-dosa. Dan kewajiban orang yang bertaubat -kata Imam An-Nawawi Rahimahullah- dalam kitab Riyadhush Shalihin memenuhi tiga syarat apabila dosa yang ia lakukan itu antara ia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala Apa saja? Yaitu:
- Dia meninggalkan dosa saat dia bertaubat tersebut. Adapun ia bertaubat dalam keadaan dia terus-menerus berbuat dosa, tentu tidak akan menerima.
- Hati kita menyesal atas perbuatan dosa yang kita lakukan. Dan tanda orang yang menyesal adalah saat ia mengingat dosanya, hatinya merasa risih, hatinya merasa tidak tentram, hatinya menyesal sekali.
- Bertekad bulat untuk tidak kembali kepada dosa tersebut.
Maka -kata beliau- apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak diterima taubatnya. Ini apabila dosa antara kita dengan Allah. Adapun kalau dosa kita dengan makhluk, kita mendzalimi makhluk. Maka kata Imam Nawawi harus ditambahkan satu lagi. Yaitu dia harus meminta maaf, dia harus membersihkan dirinya dan berlepas dari kedzaliman tersebut. Kalau kedzaliman itu berupa harta, maka dia kembalikan. Tapi kalau kedzaliman itu berupa menyakiti hatinya, maka kita meminta maaf kepadanya.
Maka saudara-saudaraku sekalian, bertaubat adalah merupakan sifat orang-orang yang beriman. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati orang-orang yang beriman dan bertakwa itu:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّـهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
“Siapa orang-orang yang bertakwa itu? Yaitu orang-orang yang apabila mereka melakukan perbuatan dosa, maka mereka segera ingat kepada Allah lalu mereka memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka yakin tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Allah saja.” (QS. Ali-Imran[3]: 135)
Maka kita berusaha. Karena kita manusia, tak lepas dari dosa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ
“Setiap anak manusia pasti pernah dan pasti banyak dosanya.”
Tapi siapa orang yang paling baik dari orang yang berbuat dosa itu? Kata Rasulullah:
وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Tirmidzi)
Dalam bertaubat, saudaraku.. Ada perkara yang benar-benar harus kita perhatikan. Apa itu? Yaitu:
Pertama, kita tidak boleh menunda-nunda taubat. Karena kita tidak tahu ajal kita itu sampai kapan.
Kedua, bila kita tunda taubat kita, pohon maksiat itu semakin berakar di dalam hati kita. Sehingga semakin sulit untuk kita bertaubat kepada Allah. Makanya Ibnu Qudamah berkata, “Perumpamaan orang yang mengundur-undurkan taubat seperti orang yang ingin mencabut sebuah pohon. Saat ia ingin mencabutnya ternyata ia dapati pohon tersebut kuat. Lalu ia bergumam, kalau begitu saya akan cabut lagi ditahun yang akan datang. Saat ia mendatanginya lagi tahun depan, ternyata pohon itu tambah kuat lagi.”
Maka orang yang mengatakan nanti taubatnya ketika sudah tua, Subhanallah.. Ketika sudah tua pohon maksiat itu sudah sangat berakar di hati kita. Bagaikan kanker yang sudah akarnya kemana-mana. Bagaimana dia kan bisa bertaubat? Justru saudaraku, segera mungkin ketika ada kesempatan taubat, segera taubat kepada Allah. Hari ini juga kita taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan kita tunda-tunda. Karena Malaikat maut apabila ia datang tidak pernah menunda-nunda lagi.
Saudara-saudaraku sekalian, di sini beliau membawakan hadits:
إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membuka tanganNya di waktu malam agar menerima taubat orang-orang yang berdosa di waktu siang. Dan membuka tanganNya di waktu siang agar bertaubat orang yang berbuat dosa di waktu malam sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Ibnu Majah)
Lihatlah, setiap harinya siang dan malam Allah masih membuka pintu taubat untuk kita. Betapa kasih sayangnya Allah kepada kita. Namun sayang kita tidak menyayangi diri kita sendiri. Kita hanya bisa berkata nanti, nanti, nanti. Sehingga ketika nyawa telah sampai ke kerongkongan, saat itu tidak diterima lagi taubat, saudaraku. Karena Rasulullah mengabarkan demikian. Bahwa taubat seorang hamba diterima:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama nyawa belum sampai ke kerongkongan.” (Musnad Ahmad)
Laa Ilaaha Illallah.. Sungguh orang-orang yang menunda-nunda taubat itu hakikatnya adalah orang ini membiarkan dirinya terombang-ambing dalam maksiat kepada Allah dan mencampakkan dirinya kepada adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian saudaraku, yang harus diperhatikan juga dalam bertaubat yaitu bersihkan taubat kita dari perkara-perkara yang mengotorinya. Apa yang mengotori taubat kita?
Membersihkan sisa-sisa maksiat
Yang pertama yaitu sisa-sisa maksiat yang masih tersisa di hati kita. Oleh karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, orang yang masih tersisa padanya sisa-sisa maksiat di hatinya, suatu ketika ia akan kembali kepadanya. Iya, kalau kita melihat ada orang yang dia sudah hijrah, dia sudah taubat, tapi kemudian kembali lagi kepada dunianya yang buruk tersebut, hal itu karena masih ada sisa-sisa di hatinya dosa tersebut. Maka kewajiban dia adalah membersihkan sisa-sisa dosa tersebut, segera ia taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera ia istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera dia menyesali perbuatan yang ia lakukan tersebut.
Meninggalkan sebab utama maksiat
Kemudian apalagi kotoran yang bisa mengotori taubat kita? Yaitu kita tidak berusaha untuk meninggalkan sebab-sebab yang menyebabkan kita jatuh kepada maksiat tersebut. Kalau misalnya sebab utama maksiat kita adalah karena teman, kita bertaubat tapi kita tidak meninggalkan teman-teman yang buruk. Maka bagaimana taubat kita akan bersih? Kalau ternyata sebab utama maksiat kita adalah -misalnya- handphone. Kemudian kita bertaubat tapi kita membiarkan sebab maksiat itu ada pada diri kita, maka bagaimana taubat kita akan bersih? Dia akan pasti terus dikotori.
Oleh karena itulah disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika ada seorang laki-laki datang kepada seorang ahli ilmu dan mengatakan bahwa dia sudah membunuh 100 jiwa dan dia ingin bertaubat, apa kata ahli ilmu itu? “Apa yang membuat kamu terhalang dari taubat? Pergilah kamu ke negeri sana karena di sana banyak orang-orang yang shalih yang beribadah kepada Allah dan tinggalkan negerimu yang buruk tersebut.”
Saudaraku, kesempurnaan taubat kita adalah dengan cara meninggalkan semua sebab-sebab terbesar yang menyebabkan kita terjerumus kepada dosa.
Pertahankan taubat kita
Mempertahankan taubat itu tidak mudah. Karena setan akan berusaha semaksimal mungkin supaya kita mau kembali kepada dosa yang telah kita lakukan kemarin. Maka untuk istiqamah di atas taubat ini kita harus terus minta tolong kepada Allah, kita harus terus bertawakal kepada Allah, menyerahkan diri semuanya kepada Allah, dan minta kepada Alah supaya iman itu dihiaskan di hati kita dan dijadikan hati kita benci kepada kekufuran, kemaksiatan.
Kemudian beliau membawakan hadits. Dari Anas -semoga Allah meridhainya- ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
“Allah lebih gembira melihat taubat hambaNya saat dia bertaubat kepada Allah dari seseorang dari kamu yang berada pada untanya di sebuah padang pasir dimana untanya tersebut penuh dengan makanan dan minuman. Ternyata untanya itu kabur. Lalu dia berusaha untuk mengejar dan mencarinya, ternyata tidak terkejar dan entah pergi kemana. Maka ia pun merasa putus asa. Lalu ia pun mendatangi pohon dan berbaring di bawah pohon tersebut menyerah, dia serahkan semuanya kepada Allah. Sementara dia sudah berputus asa dari untanya tersebut. Disaat dia sedang seperti itu tiba-tiba untanya kembali dan sudah berdiri di sampingnya. Maka segera orang ini mengambil tali untanya tersebut lalu ia berkata -saking gembiranya orang ini- ‘Ya Alla, Engkau hambaku, aku Tuhanmu (Salah karena saking gembiranya).`” (Muttafaqun ‘alaih)
Bayangkan saudaraku sekalian Allah sangat gembira kepada hambaNya yang bertaubat. Tidakkah kita ingin membuat Allah gembira kepada kita dengan kita bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Ini menunjukkan Allah ingin sekali hamba-hambaNya selalu kembali kepada Allah. Allah selalu mengajak hamba-hambaNya untuk kembali kepada Allah bertaubat, tapi kita seringkali kita sombong. Hati kita sombong seperti halnya iblis yang tidak pernah mau bertaubat. Padahal iblis pun kalau bertaubat pasti diterima oleh Allah taubatnya. Tapi masalahnya dalam hidup iblis tidak ada istilah taubat. Maka orang yang tidak pernah mau bertaubat kepada Allah, sungguh ia telah terasuki sifat-sifat iblis tersebut. Allah gembira melihat hambaNya yang bertaubat kepada Allah, menunjukkan kasih sayang Allah yang sangat besar kepada kita. Maka berusahalah bagaimana supaya kita segera bertaubat agar Allah ridha kepada kita.
Saudaraku sekalian, di sini Rasulullah memberikan kepada kita sebuah perumpamaan yang luar biasa. Banyak faedah yang bisa kita petik. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan: “Allah lebih gembira melihat taubat hambaNya dari orang tersebut.” Siapa orang tersebut? Di sini Rasulullah memberikan perumpamaan dan ini menunjukkan bolehnya memberikan perumpamaan untuk lebih memudahkan pemahaman.
Perumpamaan:
Dari pada seseorang yang berada di sebuah padang pasir bersamanya untanya yang penuh makanan dan minuman dan ternyata untanya itu pergi entah kemana. Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali ketika memberikan faedah dari hadits ini, beliau mengatakan: “Diantara faedah yang bisa kita petik dari hadits ini adalah seseorang apabila hatinya bersandar kepada sesuatu, maka biasanya Allah jadikan sesuatu itu menghianati dirinya.” Lihatlah, orang ini sangat bersandar kepada untanya, karena ia berada di padang pasir lalu tiba-tiba untanya pergi. Bayangkan keadaan kita seperti itu. Maka jangan sampai menyandarkan hati kita kepada sebab. Jangan sampai hati kita menyandarkan kepada dunia.
Kalau misalnya kita memiliki usaha, dari usaha itu kita bisa hidup. Kemudian hati kita sangat mengharapkan usaha ini dan hati kita bersandar kepada usaha ini. Berarti kita sudah jatuh kepada kesyirikan. Dan boleh jadi saat itu kemudian ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala bangkrutkan usahanya agar Allah memberikan pelajaran dan agar dia hanya bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Jangan bersandar kepada sebab.
Maka kalau kita sudah berusaha dan ternyata usaha kita diberikan oleh Allah kemudahan demi kemudahan, jangan sampai hati kita kemudian menyandarkan diri kepada usaha kita. Tidak. Hati kita tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, saudaraku.
Kemudian kata Syaikh Salim, di antara faedah hadits ini juga orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, pasti Allah akan bantu dia. Orang ini ketika sudah berputus asa mencari dan mencari tidak diketemukan juga. Akhirnya diapun berbaring di atas pohon, dia serahkan semuanya kepada Allah. Dia sudah menyerah.
Terkadang kita sudah berusaha untuk mencari nafkah, mencari rezeki kesana kemari, semua jalan tertutup. Ternyata Allah masih belum bukakan hati kita. Karena hati kita ternyata belum sepenuhnya bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat hati kita sudah bersandar kepada Allah 100% full dan kita juga sudah berusaha semaksimal mungkin, maka tidak mungkin merugi dan merugi orang yang bersandar hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka orang ini berbaringlah di bawah sebuah pohon dalam keadaan dia sudah siap-siap mati, dia sudah menyerah. Tiba-tiba Allah kembalikan untanya tersebut, Subhanallah..
Mari simak kisah yang penuh manfaat ini pada menit ke-19:03
Download mp3 Kajian Tentang Nasihat Untuk Bersegera Dalam Taubat Nasuha
Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Pencarian: adakah sholat taubat nasuha? doa sholat taubat nasuha zina, ayat taubat nasuha, cara taubat nasuha sesuai sunnah.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48266-nasihat-untuk-bersegera-dalam-taubat-nasuha/